Film OTAJIN
Film
OTAJIN
Promosi Wisata “Gorontalo” yang Salah Kemas
Jakarta, Lembaga Sensor Film
Kita patut berbangga ketika geliat film nasional muncul dengan membawa cerita tentang daerah wisata dan budaya. Begitu juga dengan
Film OTAJIN. Dwisetyo Production House Gorontalo mengemas cerita tentang
sebuah daerah di Gorontalo. Begitu membaca judul film tersebut, bagi yang
pernah ke Gorontalo langsung akan menghubung-hubungkan sebuah desa di Kabupaten
Gorontalo Utara, yaitu Desa Kotajin. Kotajin sebenarnya hanya satu
toponim atau nama geografis di Kabupaten Gorontalo Utara. Nama itu merupakan
sebuah desa di Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara. Tapi bagi yang
belum pernah akan menerka-nerka bahwa judul itu diambil dari kota yang dipenuhi
dengan jin.
Film
yang dibintangi Maxime Bouttier, Vebby
Palwinta, Nikita Mirzani, Roy Marten, Erlin Sarintan dan didukung oleh aktor
dan aktris daerah Gorontalo seperti Nada Hiola, Setyo Rumambie, Fritz Koraag,
Bayu Ramadhan, Marten Hypnotrick, Tobrani, Ical Ramadhan Noe ini jelas
bertujuan untuk mempromosikan daerah wisata Gorontalo. Hal itu terlihat jelas
dengan shotting yang kerap kali menyuguhkan sebuah pemandangan sebuah teluk
yang indah di pantai Provinsi Gorontalo.
Sebuah
keindahan pantai yang menakjubkan berulang kali ditampilkan dalam film
tersebut. Bagi yang belum pernah ke Gorontalo akan terpesona dengan tampilkan
alam yang disuguhkan dalam film OTAJIN. Rumah mewah yang berada di pinggir
pantai juga pemandangan yang indah menampilkan objek wisata Gorontalo.
Sang
artis Vebby Palwinta yang sedang gundah karena kematian ayah dan ibunya juga
kerap kali menikmati keindahan pantai Gorontalo. Shotting yang mengambil gambar
senjah dipinggir pantai sungguh menakjubkan, jujur kita akan tertarik dan
berkeinginan berada saat senjah di Pantai Gorontalo. Beberapa kali ada shutting
tentang senjah di pantai yang dilakukan oleh tokoh utama dalam film tersebut.
Film
OTAJIN jelas bertujuan memperkenalkan objek wisata Gorontalo dengan teluk
pantainya yang indah, sayang dalam film tersebut tidak menyuguhkan budaya dan
makanan khas Gorontalo. Dalam film tersebut juga tidak ditemukan budaya yang
kerap kali dilakukan di Kotajin. Kotajin
biasanya akan sangat meriah pada setiap Rabu terakhir Bulan Sapar karena
seluruh penduduk desa akan melakukan ritual mandi Sapar di Sungai Andagila yang
menjadi batas Provinsi Gorontalo dengan Sulawesi Utara. Menurut kepercayaan
setempat, hari Rabu di bulan Sapar adalah hari naas yang harus dibersihkan
dengan cara mandi di sungai.
Kesan Mistik
Yang Dipaksakan
Film yang berdurasi 2 jam ini
berkeinginan mengangkat cerita mistik dari sebuah kota jin yang ada di
Gorontalo. Sayang kesan mistik itu sangat dipaksakan sehingga menghilangkan
tujuan promosi wisatanya. Film diawali dengan kematian Roy Martin dan istrinya
karena didatangi sebuah asab hitam yang dapat meregut nyawa. Setelah diteliti
asab hitam dan darah yang ada dalam genggaman korban berasal dari batu yang
diambil dari Kotajin.
Vebby
Palwita bersama pacarnya Maxime Bouttier, menelusuri dan mencari tahu penyebab
asab hitam yang datang dari sebuah batu kecil. Dari Handy Cam diketahui Roy Martin dan keluarganya melakukan
perjalanan wisata di Gorontalo sampai akhirnya menuju Kotajin. Sutradara
mencoba memperkenalkan Kotajin, dimana di
Kotajin ada sebuah bongkah batu besar
yang dinamakan Otalojin, atau
benteng istananya para jin. Menurut cerita turun-temurun di desa itu, dulu
sering ada pemberian sesajen di depan gua sebelum aktivitas bertani di sawah
sekelilingnya dilakukan. (Sayang tidak ada shoting tentang sesajen tersebut.).
Kesan mistik yang dipaksakan
sehingga menghilangkan makna promosi wisata juga tergambar dari perjalanan Vebby
dan pacarnya dalam menelusuri kota-kota wisata yang dilalui keluarganya sebelum
mengalami bencana. Shoting wisata alam dan pantai di siang hari dalam
perjalanan wisata diiringi dengan musik ‘menyeramkan’ sehingga menghilangkan
pesona wisata.
Benar adanya cerita tentang
Otalojhin di Kotajin, adalah sebuah
bongkah batu besar yang disebut sebagai
benteng istananya para jin. Dalam film tersebut juga dijelaskan tentang
larangan mengambil benda meskipun sebuah batu kecil di Kotajin. Adik Vebby
mengambil sebuah datu kecil di Kotajin. Batu tersebut mengeluarkan cairan
seperti darah yang kemudian dapat berubah menjadi asab hitam yang membunuh.
Kesan mistik yang sangat dipaksakan
juga terdapat pada cerita tentang cairan yang membunuh Nikita Mirzani. Cairan yang sudah terpisah dari batu itu
kemudian diteliti oleh Nikika Mirzani sehingga berubah menjadi asab hitam yang
membunuh Nikita, padahal batu tersebut berada pada posisi disimpan oleh Vebby
dalam lemari yang mengakibatkan membunuh pembantu yang menjaga adik Vebby.
Itulah film, sutradara punya imajinasi
tersendiri untuk menampilkan cerita berupa fiksi. Namun sangat disayangkan jika
fiksi tersebut dipaksakan sehingga menghilangkan kesan indah yang layak menjadi
tontonan. Dan Film Otajin diberi klasifikasi usia 13 tahun, meskipun ada kesan mistik dalam film tersebut, tetapi
Lembaga Sensor Filem (LSF) memahami betul makna film yang akan disajikan adalah
sebuah film yang menyuguhkan keindahan alam Indonesia khususnya dari Gorontalo.
Bagi yang tidak pernah pergi ke Gorontalo direkomendasikan untuk menonton Film OTAJIN
tersebut, mudah-mudahan akan tertarik untuk datang ke Gorontalo, setelah melihat pesona alam yang indah tersebut. (Tentang
Kotajin diambil dari berbagai sumber).
Komentar
Posting Komentar